ANDALASTERKINI.COM- Jakarta, 11 Juni 2025 — Dengan kaki yang kelak akan mereka cor menggunakan semen sebagai simbol keteguhan hati, perwakilan petani dari Desa Sungai Raya dan Sekip Hilir, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau, tiba di Jakarta untuk menuntut keadilan. Mereka membawa satu pesan yang tegas: negara tidak boleh terus-menerus absen dalam konflik agraria yang merampas ruang hidup rakyat.
Konflik antara warga dan PT Sinar Belilas Perkasa (SBP), perusahaan sawit milik Dedi Handoko Alimin, telah berlangsung bertahun-tahun tanpa penyelesaian yang adil. Di lapangan, situasi semakin memburuk dengan dugaan praktik devide et impera (politik belah bambu) yang menyulut ketegangan horizontal di tengah masyarakat. Ketegangan itu semakin meningkat usai pelaporan Ketua DPRD Indragiri Hulu, SP Sinurat, oleh pihak perusahaan.
Dalam keterangan persnya, Ketua Aliansi Masyarakat Sungai Raya Untuk Keadilan (AMUK), Andi Irawan, menyatakan bahwa kedatangan mereka ke Jakarta adalah bentuk perjuangan rakyat kecil yang selama ini tak mendapatkan ruang keadilan di daerah. “Kami datang bukan untuk membuat keributan. Kami datang untuk menagih janji konstitusi: bahwa tanah untuk rakyat, bukan untuk korporasi rakus,” tegasnya.
Mendobrak Sunyi: Roadshow Media Nasional
Untuk membangun kesadaran publik, AMUK melakukan roadshow ke sejumlah stasiun televisi nasional, di antaranya MetroTV, tvOne, TVRI, Kompas TV, RCTI, Trans7, Indosiar, dan SCTV. AMUK menyerukan agar media mengambil peran aktif dalam mengawal kasus ini, mendorong transparansi, dan menekan pemerintah agar segera mengambil tindakan.
“Media adalah kunci suara kami bisa terdengar. Tanpa sorotan publik, konflik seperti ini akan terus tenggelam,” ujar Andi.
Tuntutan Kepada Negara: Hadir dan Bertindak!
Melalui aksi ini, AMUK mendesak pemerintah pusat, terutama:
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN Komnas HAM
untuk turun langsung menyelidiki dan menyelesaikan konflik yang diduga sarat pelanggaran hukum dan HAM.
Tak hanya itu, AMUK juga meminta Komisi II dan Komisi III DPR RI untuk:
1. Menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan pemerintah, masyarakat, dan pihak perusahaan untuk membuka ruang penyelesaian terbuka dan setara.
2. Melakukan pengawasan ketat terhadap kebijakan agraria, agar tidak dimanipulasi untuk melanggengkan ketimpangan dan penguasaan lahan oleh segelintir elite.
Cor Kaki di Depan DPR: Aksi Simbolik Pengorbanan Rakyat
Puncak perjuangan akan diwujudkan dalam aksi cor kaki dengan semen di depan Gedung DPR RI—tindakan ekstrem namun damai yang mencerminkan keteguhan para petani dalam memperjuangkan tanah yang menjadi sumber hidup mereka.
Aksi ini akan berlangsung hingga adanya respon konkret dari lembaga legislatif dan pemerintah terkait.
> “Kami rela kaki kami dicor demi tanah kami tidak terus dirampas. Kalau kami diam, anak-cucu kami tidak akan punya tanah untuk ditanami, untuk hidup,” tutur salah satu petani yang ikut aksi.
Petani Sungai Raya bukan hanya menuntut tanah. Mereka menuntut pengakuan bahwa hidup mereka berharga. Negara harus hadir — bukan sebagai penonton, tapi sebagai pembela rakyatnya.***tim
#Amuk sungai Raya #inhu Desa Sungai Raya